PENGERTIAN INTELEGENSI
Menurut David Wechsler, inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir
secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis
besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang
melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak
dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai
tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.
Wangmuba, Materi Psikologi, Psikologi Umum, Inteligensi
merupakan suatu konsep mengenai kemampuan umum individu dalam menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Dalam kemampuan yang umum ini, terdapat
kemampuan-kemampuan yang amat spesifik. Kemampuan-kemampuan yang spesifik ini
memberikan pada individu suatu kondisi yang memungkinkan tercapainya
pengetahuan, kecakapan, atau ketrampilan tertentu setelah melalui suatu
latihan. Inilah yang disebut Bakat atau Aptitude. Karena suatu tes inteligensi
tidak dirancang untuk menyingkap kemampuan-kemampuan khusus ini, maka bakat
tidak dapat segera diketahui lewat tes inteligensi.
intelegensi menurut “Claparde dan Stern” adalah kemampuan untuk
menyesuaikan diri secara mental terhadap situasi dan kondisi baru. Berbagai
macam tes telah dilakukan oleh para ahli untuk mengetahui tingkat intelegensi
seseorang. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat intelegensi seseorang.
Oleh karena itu banyak hal atau faktor yang harus kita perhatikan supaya
intelegensi yang kita miliki bisa meningkat.
Claparde dan Stern mengatakan bahwa intelegensi adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri
secara mental terhadap situasi atau kondisi baru.
K. Buhler mengatakan bahwa intelegensi adalah perbuatan yang disertai dengan
pemahaman atau pengertian.
David Wechster (1986). Definisinya mengenai intelegensi mula-mula sebagai kapasitas untuk
mengerti ungkapan dan kemauan akal budi untuk mengatasi tantangan-tantangannya.
Namun di lain kesempatan ia mengatakan bahwa intelegensi adalah kemampuan untuk
bertindak secara terarah, berfikir secara rasional dan menghadapi lingkungannya
secara efektif.
William Stern mengemukakan batasan sebagai berikut: intelegensi ialah kesanggupan untuk
menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat berfikir
yang sesuai dengan tujuannya. William Stern berpendapat bahwa intelegensi
sebagian besar tergantung dengan dasar dan turunan, pendidikan atau lingkungan
tidak begitu berpengaruh kepada intelegensi seseorang.
Dari batasan yang
dikemukakan di atas, dapat kita ketahui bahwa:
a. Intelegensi itu
ialah faktor total berbagai macam daya jiwa erat bersangkutan di dalamnya
(ingatan, fantasi, penasaran, perhatian, minat dan sebagainya juga mempengaruhi
intelegensi seseorang).
b. Kita hanya
dapat mengetahui intelegensi dari tingkah laku atau perbuatannya yang tampak.
Intelegensi hanya dapat kita ketahui dengan cara tidak langsung melalui
“kelakuan intelegensinya”.
c. Bagi suatu
perbuatan intelegensi bukan hanya kemapuan yang dibawa sejak lahir saja, yang
penting faktor-faktor lingkungan dan pendidikan pun memegang peranan.
d. Bahwa manusia itu dalam kehidupannya senantiasa
dapat menentukan tujuan-tujuan yang baru, dapat memikirkan dan menggunakan
cara-cara untuk mewujudkan dan mencapai tujuan itu.
Ciri-ciri
intelegensi yaitu :
1. Intelegensi
merupakan suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berfikir secara
rasional (intelegensi dapat diamati secara langsung).
2. Intelegensi
tercermin dari tindakan yang terarah pada penyesuaian diri terhadap lingkungan
dan pemecahan masalah yang timbul daripadanya.
PENGERTIAN MOTIVASI
Motivasi adalah suatu sugesti atau dorongan yang muncul karena diberikan oleh
seseorang kepada orang lain atau dari diri sendiri, dorongan tersebut bermaksud
agar orang tersebut menjadi orang yang lebih baik dari yang sebelumnya.
Motivasi juga bisa diartikan sebagai sebuah alasan yang mendasari sebuah
perbuatan yang dilakukan oleh seseorang.
Pengertian Motivasi. Motif seringkali
diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan atau tenaga tersebut merupakan
gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat. Jadi motif tersebut merupakan suatu
driving force yang menggerakkan manusia untuk bertingkah-laku, dan di dalam
perbuatannya itu mempunyai tujuan tertentu. Setiap tindakan yang dilakukan oleh
manusia selalu di mulai dengan motivasi (niat). Menurut Wexley & Yukl
(dalam As’ad, 1987) motivasi adalah pemberian atau penimbulan motif, dapat pula
diartikan hal atau keadaan menjadi motif. Sedangkan menurut Mitchell (dalam
Winardi, 2002) motivasi mewakili proses- proses psikologikal, yang menyebabkan
timbulnya, diarahkanya, dan terjadinya persistensi kegiatan- kegiatan sukarela
(volunter) yang diarahkan ke tujuan tertentu.
Sedangkan menurut Gray
(dalam Winardi, 2002) motivasi merupakan sejumlah proses, yang bersifat
internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya
sikap antusiasme dan persistensi, dalam hal melaksanakan kegiatan- kegiatan
tertentu.
Morgan (dalam Soemanto,
1987) mengemukakan bahwa motivasi bertalian dengan tiga hal yang
sekaligus merupakan aspek- aspek dari motivasi. Ketiga hal tersebut adalah:
keadaan yang mendorong tingkah laku (motivating states), tingkah laku
yang di dorong oleh keadaan tersebut (motivated behavior), dan tujuan
dari pada tingkah laku tersebut (goals or ends of such behavior).
McDonald (dalam Soemanto, 1987) mendefinisikan motivasi sebagai perubahan
tenaga di dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-
reaksi mencapai tujuan. Motivasi merupakan masalah kompleks dalam organisasi,
karena kebutuhan dan keinginan setiap anggota organisasi berbeda satu dengan
yang lainnya. Hal ini berbeda karena setiap anggota suatu organisasi adalah
unik secara biologis maupun psikologis, dan berkembang atas dasar proses
belajar yang berbeda pula (Suprihanto dkk, 2003).
Soemanto (1987) secara
umum mendefinisikan motivasi sebagai suatu perubahan tenaga yang
ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi pencapaian tujuan. Karena
kelakuan manusia itu selalu bertujuan, kita dapat menyimpulkan bahwa perubahan
tenaga yang memberi kekuatan bagi tingkahlaku mencapai tujuan,telah terjadi di
dalam diri seseorang.
Dari uraian diatas
dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah energi aktif
yang menyebabkan terjadinya suatu perubahan pada diri sesorang yang nampak pada
gejala kejiwaan, perasaan, dan juga emosi, sehingga mendorong individu untuk
bertindak atau melakukan sesuatu dikarenakan adanya tujuan, kebutuhan, atau
keinginan yang harus terpuaskan.
Berikut inilah beberapa
Pengertian Motivasi:
1. Motivasi adalah kerakteristik psikologis manusia yang memberi kontribusi
pada tingkat komitmen pada seseorang.
2. Motivasi adalah proses kesediaan melakukan usaha tingkat tinggi untuk
mencapai sasaran tertentu yang bisa memuaskan kebutuhan.
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Motivasi
Motivasi seseorang
sangat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu :
a. Faktor Internal; faktor yang berasal dari dalam diri individu,
terdiri atas:
- Persepsi individu mengenai diri sendiri; seseorang termotivasi atau
tidak untuk melakukan sesuatu banyak tergantung pada proses kognitif
berupa persepsi. Persepsi seseorang tentang dirinya sendiri akan mendorong
dan mengarahkan perilaku seseorang untuk bertindak;
- Harga diri dan prestasi; faktor ini mendorong atau mengarahkan
inidvidu (memotivasi) untuk berusaha agar menjadi pribadi yang mandiri,
kuat, dan memperoleh kebebasan serta mendapatkan status tertentu dalam
lingkungan masyarakat; serta dapat mendorong individu untuk berprestasi;
- Harapan; adanya harapan-harapan akan masa depan. Harapan ini merupakan
informasi objektif dari lingkungan yang mempengaruhi sikap dan perasaan
subjektif seseorang. Harapan merupakan tujuan dari perilaku.
- Kebutuhan; manusia dimotivasi oleh kebutuhan untuk menjadikan dirinya
sendiri yang berfungsi secara penuh, sehingga mampu meraih potensinya
secara total. Kebutuhan akan mendorong dan mengarahkan seseorang untuk
mencari atau menghindari, mengarahkan dan memberi respon terhadap tekanan
yang dialaminya.
- Kepuasan kerja; lebih merupakan suatu dorongan afektif yang muncul
dalam diri individu untuk mencapai goal atau tujuan yang diinginkan dari
suatu perilaku.
b. Faktor Eksternal; faktor yang berasal
dari luar diri individu, terdiri atas:
- Jenis dan sifat pekerjaan; dorongan untuk bekerja pada jenis dan sifat
pekerjaan tertentu sesuai dengan objek pekerjaan yang tersedia akan
mengarahkan individu untuk menentukan sikap atau pilihan pekerjaan yang
akan ditekuni. Kondisi ini juga dapat dipengartuhi oleh sejauh mana nilai
imbalan yang dimiliki oleh objek pekerjaan dimaksud;
- Kelompok kerja dimana individu bergabung; kelompok kerja atau
organisasi tempat dimana individu bergabung dapat mendorong atau
mengarahkan perilaku individu dalam mencapai suatu tujuan perilaku
tertentu; peranan kelompok atau organisasi ini dapat membantu individu
mendapatkan kebutuhan akan nilai-nilai kebenaran, kejujuran, kebajikan
serta dapat memberikan arti bagi individu sehubungan dengan kiprahnya
dalam kehidupan sosial.
- Situasi lingkungan pada umumnya; setiap individu terdorong untuk
berhubungan dengan rasa mampunya dalam melakukan interaksi secara efektif
dengan lingkungannya;
- Sistem imbalan yang diterima; imbalan merupakan karakteristik atau
kualitas dari objek pemuas yang dibutuhkan oleh seseorang yang dapat
mempengaruhi motivasi atau dapat mengubah arah tingkah laku dari satu
objek ke objek lain yang mempunyai nilai imbalan yang lebih besar. Sistem
pemberian imbalan dapat mendorong individu untuk berperilaku dalam
mencapai tujuan; perilaku dipandang sebagai tujuan, sehingga ketika tujuan
tercapai maka akan timbul imbalan.